Salam Olahraga,
Sepekan ini kanal bola Kompasiana lebih banyak
diisi oleh debat antara pihak yang pro-rekonsiliasi” dengan pihak
“anti-rekonsiliasi”. Menarik memang mengikuti perdebatan tak berujung
tersebut.
Tapi resikonya memang hati dan pikiran jadi ikut panas. Satu
kesimpulan dari debat tersebut menurut saya pribadi adalah jangan
buru-buru mengartikan sikap kritis sebagian kecil pecinta sepakbola
dalam negeri terhadap kondisi yang terjadi belakangan ini sebagai sikap
yang anti rekonsiliasi, bahkan memberikan stempel sebagai agen Halma
segala. Toh pasti ada alasan yang melatar belakangi seseorang untuk
menyatakan apatisme mereka terhadap kondisi yang ada saat ini.
Anyway, daripada hati dan pikiran tambah panas,
dalam tulisan ini saya ingin mempromosikan klub yang saya dukung ke
hadapan pembaca sekalian. Ya, nama klub itu adalah PSS Sleman. Beberapa
orang masih menganggap Sleman berada di Propinsi Jawa Tengah. Tapi
sebenarnya Sleman itu berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kampus-kampus besar nyaris seluruhnya berada di Kabupaten yang terletak
di kaki Gunung Merapi ini, di antaranya UGM, UNY, Univ. Sanata Dharma,
Univ. Atma Jaya Yogyakarta, Univ. Islam Indonesia, dsb. Jadi bagi yang
pernah kuliah di kampus-kampus tersebut, sesungguhnya anda tidak kuliah
di Jogja tapi di Sleman hehehe just kidding. Jogja dan Sleman sama saja,
masih sama-sama DIY juga.
PSS Sleman namanya tidak setenar Persija Jakarta,
Persib Bandung, atau Persipura Jayapura. Prestasi tertinggi tim
berseragam hijau ini hanyalah berada di peringkat 4 Liga Indonesia serta
semifinalis Piala Indonesia. Selebihnya belum banyak trofi yang mampir
di lemari klub PSS. Saat ini, kebetulan PSS bermain di level divisi
utama di kompetisi gelaran PT LPIS. Konon, divisi utama PT LPIS dimulai
pada akhir bulan Maret 2013. Maka belakangan ini, PSS sibuk
mempersiapkan diri. Pada awal-awal tahun 2013, PSS sempat membuat berita
dengan memecat Hanafi, eks pelatih Madiun Putra, yang belum genap dua
minggu bekerja bagi PSS. Kebijakannya yang meminggirkan pemain lokal
potensial dan lebih mengedepankan pemain bawaannya, ditambah kekalahan
dari Persisko Jambi dalam laga ujicoba, membuat tekanan untuk memecat
pelatih ini bertambah kuat.
Akhirnya posisi Hanafi digantikan oleh pelatih
senior, Yusak Sutanto. Proses seleksi pemain pun berjalan lancar
belakangan ini. Sudah sekitar 20 pemain resmi diikat oleh manajemen PSS
Sleman. Nama-nama yang bergabung di skuad ini untuk kompetisi musim
depan lumayan mentereng, setidaknya bila dibandingkan musim lalu. Eks
Kiper Arema, Aji Saka menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang. Di
lini belakang, duet pemain muda-senior Ade Christian-Abda Ali masih
menjadi pilihan dalam menjaga jantung pertahanan. Di sayap, dua bek eks
Arema Wahyu Gunawan dan Waluyo akan menjadi andalan musim depan. Di lini
tengah, ada pemain senior Bona Simanjuntak dan lagi-lagi eks gelandang
Arema, Juan Revi Auriqto. Jangan lupakan pula keberadaan Nanda Wahyu dan
Anang Hadi, dua produk asli Sleman yang punya kecepatan dalam mengatur
serangan. Di depan, lini penyerangan PSS begitu menakutkan. Ada nama
striker masa depan Monieaga Bagus Suwardi, yang lagi-lagi dan lagi
merupakan eks Arema, Budi Sudarsono, si ular piton yang juga eks Arema,
plus penyerang asing Luiz Binho Feitosa, eks Perseman yang punya
kecepatan dan naluri menyerang yang tinggi. PSS masih membutuhkan pemain
asing untuk posisi gelandang dan bek tengah. Tiga pemain asing sudah
tercoret pekan ini. Semoga ada agen pemain asing yang membaca tulisan
ini dan lantas menawarkan pemain berkualitas kepada manajemen PSS Sleman
hehehehe.
Musim ini PSS Sleman benar-benar berasa Arema,
karena banyak menampung eks pemain Arema IPL yang bubar sebelum
kompetisi digelar. Maka musim ini PSS akan mengadopsi pula julukan Arema
Malang, yakni Singo Edan dan menggabungkannya dengan julukan asli tim
ini Elang Jawa, dan menjadi PSS Elang Edan. Hehehe, tentu saja tidak.
PSS tetaplah Super Elja, Super Elang Jawa. O ya sekedar informasi, Super
Elja ini dulunya dipilih sebagai maskot untuk Slemania, suporter PSS
Sleman. Namun lama-lama, julukan Super Elja ini menggantikan julukan
Laskar Sembada yang dimiliki oleh PSS Sleman.
Kekuatan finansial klub PSS Sleman musim ini
lumayan menggeliat. Manajemen PSS Sleman sudah deal dengan produk
minuman Es Teh Poci untuk menjadi sponsor utama PSS musim depan. Debut
Es Teh Poci dalam mendukung kiprah PSS Sleman sudah dilakukan ketika PSS
beruji coba dengan PSISra Sragen 2 minggu yang lalu. Waktu itu Es Teh
Poci memberikan segelas es teh gratis bagi penonton yang menukarkan
potongan tiketnya. Hanya sayang, tidak semua penonton kebagian es teh.
Mungkin pihak sponsor tidak menduga penonton yang datang sebanyak itu,
mengingat pertandingan dilakukan dalam rangka ujicoba, dan melawan klub
dari kasta yang lebih rendah pula. Dengar-dengar, ada beberapa investor
yang juga tertarik untuk berinvestasi, di antaranya perusahaan produsen
makanan ringan kacang dan perusahaan maskapai penerbangan asing. Semoga
saja investor-investor lain bisa bergabung untuk mendanai perjalanan PSS
Sleman musim depan.
Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi
investor untuk menanamkan modalnya di PSS Sleman. Yang pertama jelas
faktor stadion. Ya, Sleman punya Maguwoharjo International Stadium yang
sempat dicalonkan sebagai venue pertandingan timnas melawan Arab Saudi
mendatang. Hanya sayang, stadion ini belum dilengkapi kursi meski lampu
stadion sudah menyala bagaikan siang. Stadion ini benar-benar dirancang
khusus untuk pertandingan sepakbola dengan konsep “mini San Siro”.
Selain stadion, faktor yang bisa menggoda investor untuk mengeluarkan
pundi-pundinya adalah faktor suporter dan penonton. Ya, PSS Sleman punya
dua suporter, yakni Slemania dan saudara mudanya Brigata Curva Sud
(BCS). BCS ini dikenal dengan aksi koreo-nya, yang biasanya dilakukan
menjelang babak kedua dimulai, serta aksi Wall Of Death-nya. Yang kedua
ini adalah aksi “membelah tribun” yang dilakukan sambil meneriakkan
chants “Forza Sleman”. Sementara Slemania namanya sempat meredup setelah
BCS terlahir ke dunia. Namun belakangan Slemania kembali menggeliat.
Waktu pertandingan ujicoba melawan PSISra, Slemania yang tak mau kalah
dengan BCS membuat aksi “lava pijar” dan “wedhus gembel” (maaf, dua nama
aksi ini saya namai sendiri hehehe). Aksi lava pijar dilakukan dengan
membakar kertas, memegang kertas yang terbakar itu di tangan sambil
menyanyikan chants. Karena pertandingan digelar malam hari, aksi ini
jadi terlihat menawan. Aksi yang kedua, aksi “wedhus gembel” dilakukan
oleh Slemania yang bernyanyi sambil bergerak menyapu seluruh tribun
utara, tempat bagi anggota Slemania. Di luar kedua kelompok suporter
itu, ada ribuan suporter PSS Sleman yang dengan setia memadati tribun
barat dan timur Stadion Maguwoharjo. Dari dua pertandingan ujicoba PSS
yang digelar malam hari, rata-rata Stadion Maguwoharjo dipenuhi 12.000
penonton. Angka yang lumayan buat tim kecil di bagian utara DIY ini.
PSS Sleman adalah tim kecil yang mencoba
menggeliat. Dulu, Super Elja pernah membesarkan nama Mauly Lessy, Nova
Arianto, Talaouhu Abdul Musafri, Seto Nurdiantoro, dan terakhir
Fachrudin Wahyu yang saat ini bermain di Persepam MU. Kini,
junior-junior mereka siap untuk mengudara bersama Super Elja. Sekedar
promosi, bagi rekan-rekan Kompasianer yang malam minggu besok berada di
Jogja, silahkan mampir untuk berwisata olahraga di Stadion Maguwoharjo
Sleman. PSS Sleman akan menjajal Persibangga Purbalingga dalam partai
ujicoba. Monggo rasakan atmosfer yang agak berbeda di stadion kebanggaan
masyarakat Sleman tersebut. Harga tiket masuk Rp. 10.000 dan sepertinya
dapat bonus Es Teh Poci segelas. Pertandingan dimulai pukul 19.00 WIB.
Tidak lengkap rasanya datang ke Jogja kalau hanya makan gudeg.
Menyaksikan PSS bermain adalah menu pelengkap kunjungan anda ke Jogja
hehehehe.
O, ya pesan terakhir dari penulis. Kebetulan nih,
kebetulan, PSS Sleman bermain di Divisi Utama PT LPIS. Memang katanya
sih, sebagian besar pecinta sepakbola Indonesia menganggap bahwa
kompetisi yang digulirkan oleh PT LPIS diikuti oleh klub-klub amatiran
dan tidak berkualitas. Yang dilakukan oleh PSS Sleman ini mungkin tidak
sebesar apa yang sudah dilakukan oleh klub-klub papan atas di Indonesia
macam Persib, Mitra Kukar, Persebaya, Semen Padang, dll. Tapi boleh juga
donk nantinya PSS Sleman diakui juga sebagai klub profesional. Kan
sayang jika hanya gara-gara kebetulan berlaga di bawah PT LPIS yang
kebetulan juga terlanjur jadi public enemy mayoritas pecinta sepakbola
Indonesia, PSS Elang Edan, eh PSS Super Elang Jawa yang berusaha
menggeliat menjadi klub profesional ini harus dibubarkan.
Salam sepakbola Indonesia
Forza Sleman, Vinci Per Noi
*) Penulis Mas A. Yustiawan (dari Kompasiana)