Saatnya Kita Punya Media Sendiri (HAR TV)

Kita harus punya media sendiri yang mampu menyiarkan gerak kita. Mau sampai kapan suara kita dibungkam?Jika media lain punya kepentingan, baik itu kepentingan politis, bisnis, ideologi, maka mari kita bikin media yang menyuarakan kepentingan kita juga, yaitu nasyrul fikroh, penyebaran pemikiran.

Jika gaya hidup remaja masa kini sudah jauh melenceng, maka yang mengambil bagian terbesar dari sikap remaja masa kini adalah media terutama televisi. Jika sinetron saat ini hanya diisi dengan percintaan, perkelahian, gaya hidup glamour, maka wajar jika pemuda sekarang adalah pemuda alay yang menjadikan sekolah sekedar trend, bukan kewajiban belajar. Dengan sekolah mereka bisa mengekspresikan kepemudaan mereka seperti pacaran, nongkrong, tawuran, kongkow-kongkow dll.

Media, terutama TV, juga seringkali tidak berimbang dan terkesan menyembunyikan kebenaran. Tuduhan 'Rohis sebagai sarang teroris' merupakan tuduhan yang tidak mendasar mengingat rohis tidak pernah mengajarkan membunuh, bahkan rohis selalu mengajarkan untuk saling menjaga persaudaraan, saling mendoakan dan saling tolong menolong. Lalu konflik mesir yang menyebutkan bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan garis keras berbahaya. Padahal kenyataannya gerakan ini yang jadi korban terorisme militer mesir. Berapa ratus korban dari ikhwan? dan berapa korban dari militer? Namun dengan indahnya media memelintir berita dan mengkampanyekan Ikhwan sebagai gerakan teroris berbahaya.
Lalu berita Suriah? Nyaris semua media tidak memberitakan kejahatan internasional di Suriah, jumlah korbannya serta perkembangan terbarunya. Padahal disana terjadi pembantaian penguasa terhadap rakyatnya.

Kita perlu media sendiri. Media yang objektif dan adil. Media yang mampu mengcounter berita negatif dan membuka tabir yang tersembunyi. Bukan media yang isinya hanya ceramah atau lantunan ayat quran, namun siaran yang juga digemari masyarakat seperti hiburan, komedi, siaran sepak bola, musik dsb namun tetap menjunjung ideologi kita. Tak perlu ada sinetron tentang pacaran, gambaran sekolah adalah gambaran tentang suasana belajar. Tak perlu ada grup band metal di pesantren, pesantren isinya hanyalah kitab dan buku keislaman. Tidak perlu ada iklan semangat perubahan menuju restorasi Indonesia, tapi perubahan menuju Indonesia sejahtera. Tidak perlu ada iklan 'Calon Presiden Hilang (bahasa jawa halus)' yang sok mampu mensejahterakan rakyat namun tanggungjawabnya di Sidoarjo terlupakan. Tak perlu ada siaran musik di jam-jam produktif (pagi hari jelang siang) tapi biarkan remaja kita khusyu' dikelasnya. Bukankah di jam-jam tersebut yang memiliki rating tinggi adalah tontonan untuk ibu-ibu?  Atau berita tentang gosip kehidupan artis yang menceritakan artis X bisa memasak nasi goreng. Lha kalau hanya sekedar nasi goreng enak kenapa harus artis itu, kenapa bukan koki restoran yang masakannya sudah dirasakan oleh ratusan bahkan ribuan orang???

Kita perlu media alternatif, terutama stasiun TV. Dan kebutuhan informasi merupakan kebutuhan utama. Buat apa tekun membina setiap minggu kalau binaan ternyata juga dibina oleh media berengsek dengan intensitasnya 24 jam! Buat apa menshare kegiatan keislaman di facebook yang hanya dilihat sama teman sendiri yang ternyata fikrohnya sama dengan kita dan membiarkan TV memutarbalikkan fakta dan ditonton oleh seluruh rakyat Indonesia.
Buat apa mengadakan event bertemakan berbagi dan bekerja untuk Indonesia atau bersih dan peduli atau peduli bencana jika ternyata hanya diketahui oleh segelintir orang tetapi partai N yang hanya membagikan nasi bungkus yang jumlahnya tidak sampai seratus ternyata diliput sampai seluruh Indonesia mengetahui.

Lha, buat apa memprotes Miss World untuk diselenggarakan, padahal jika agenda tersebut mengudara maka seluruh dunia bisa melihatnya.

Saya yakin TV mampu merubah karakter bangsa ini. Bisa membuat bangsa ini lebih bejat, tapi keshalihan juga bisa kita usahakan. Caranya dengan menguasai media TV.
Saya 'bermimpi' kelak kita akan punya media TV sendiri. Rencana matang sudah dibuat, tapi tentu saja tidak bisa digerakkan seorang diri, perlu dukungan semua pihak terutama dari organisasi keislaman dan pemerhati pendidikan yang berharap Indonesia mampu bangkit. Saya juga bermimpi HAR TV ini mampu menjadi siaran yang digemari masyarakat sebagai TV pendidikan, TV hiburan, TV berita dan pengetahuan, TV sport serta TV aspirasi. Tidak hanya sebagai penyebar pemikiran saja namun kedepannya TV ini diharapkan mampu menjadi salah satu lahan penghidupan yang menguntungkan dan mampu memberikan sumbangsih kepada masyarakat umum terutama kontribusi sosial bagi penyebaran da'wah Islam.


Wallohu a'lam, saya tidak tau kapan. Semoga segera terwujudkan. Amin...