Yuk Ikut Donor Darah


27 April kemarin saya mendapat sms dari PMI kota Jogja tentang pembertahuan jadwal donor darah ke PMI Jogja di daerah Giwangan. Ah, panggilan kemanusiaan datang. Ini bukan soal apa manfaat donor darah atau dalam rangka apa donor darah. Ini murni kemanusiaan. Kalau hanya mengandalkan upah buat apa saya harus capek-capek ke daerah Jogja selatan dalam kondisi siang yang panas kemudian merelakan diri disuntik dan diambil darahnya?
 

al-Hamdulillah, masih banyak orang-orang yang terjaga dari sikap egois, masih banyak manusia-manusia yang peduli sesamanya. Dan kata mbaknya (yang 'mengoperasi' saya, mbaknya lulusan STIKES jurusan tranfusi darah, masih muda ~lho~), Jogja masih jauh lebih banyak pendonornya dari pada tempat kerja dia dulu di Bekasi. Padahal secara kependudukan, bekasi jauh lebih banyak penduduknya. Dan, kata mbaknya juga, peringkat tertinggi pendonor adalah Surabaya (kalau tidak salah). Di PMI Kota Jogja yang terletak di Jl. Tegal Gendu no. 25 rata-rata ada 10 pendonor yang datang setiap harinya, dan itu belum termasuk event yang diadakan secara spontanitas. 

Tidak ada yang perlu ditakutkan dalam mendonorkan darah, tidak perlu takut dengan mendonorkan darah lantas kita menjadi kurang darah. Tidak perlu takut disuntik (walaupun saya kemarin disuntik di kanan dan kiri karena yang kanan macet sehingga hars dipindah ke kiri). Setelah selesai, biasanya dapat segelas teh manis, pop mie yang bisa langsung disantap hangat-hangat, sebungkus oreo, vitamin, pocari sweat dll. Pokoknya kondisi bisa langsung pulih. Belum lagi obrolan hangat khas Jogja bersama pegawai PMI. 

Dan tidak semua orang berhak mendonorkan darah, hanya orang-orang tertentu saja, diantaranya cukup tidur minimal 4 jam, berat lebih dari 50 kg, tidak dioperasi 6 bulan berjalan, tidak memiliki penyakit yang membahayakan, HB cukup, kondisi tubuh fit, tekanan darah normal dsb. 

Mari kawan, kita sebarkan virus kemanusiaan ini ke seluruh penjuru dunia, karena kita tidak tinggal sendirian di bumi ini.

Tetapi mungkin ada beberapa catatan dalam penyelenggaraan donor darah di PMI.
  1. Secara administrasi sudah bagus terutama bagi pendonor yang dibuatkan kartu donor, diingatkan via SMS, dan keramahan layanan, tetapi sosialisasi tentang kegiatan ke-PMI-an harus lebih ditingkatkan sehngga semakin banyak yang akan peduli. Kalau perlu terjun langsung ke kampus-kampus maupun kegiatan sosial masyarakat misalnya di sunday morning, car free day dsb.
  2. Harusnya tempat donor dipisah antara laki-laki dan perempuan. Saya sempat melihat -dulu- ada seorang perempuan berjilbab rapi yang harus melipat lengan bajunya sampai ke atas siku untuk dapat disuntik, padahal dalam ruangan itu tidak hanya perempuan saja. Kan kasihaan, misinya beramal buat kemanusiaan tetapi harus melanggar perintah agama dalam menutup aurat.
  3. Perawatnya harus benar-benar ahli. Saya pernah mendengar perawat ketika mengambil darah kurang terampil,sehingga ketika darah kurang lancar oleh dia ditusukkan lagi lebih dalam sehingga pendonor berteriak kesakitan bahkan sampai bengkak. Dan akhirnya pendonor tersebut trauma mendonorkan darahnya.
  4. Perawat harusnya menyesuaikan gender pendonornya. Takutnya niat donor terkotori. Lagi pula, kadang ada muslim yang agak ketat tidak mau disentuh oleh lawan jenis (walaupun bagi saya hal itu tidak masalah). Apalagi saya kemarin diurus oleh perawat yang masih muda yang ramah, untung masih bisa menjaga hati.
Mari kita tingkatkan kepedulian.