- Tinggal di Negeri Sakit memang menyesakkan, menjerihkan. Tapi sakit negeri ini Ya Allah, kami mohon semoga bukan sakit sembarang sakit.
- Kami syukuri Negeri Sakit ini dengan sangka baik padaMu; inilah hamil kepahlawanan yang memualkan, memberati punggung, menyulitkan gerak.
- Ya, dalam hamil kepahlawanan, Negeri Sakit ini menampilkan semua penyakit lama yang pernah diderita. Gejalanya menyeruak menambah lara.
- Izinkan kami jaga baik sangka pd Negeri Sakit ini, sebab sejarah ajarkan bahaya kemakmuran nan lena & lahirnya pahlawan di negeri bencana.
- Negeri Sakit itu pernah dialami orang-orang terbaik, saat seorang ‘alim tapi zhalim bernama Al Hajjaj.
- Di Negeri Sakit itu, Al Hajjaj bertanggungjawab atas pembunuhan sekitar 120.000 orang yang kebanyakan adalah ‘ulama & orang-orang shalih.
- Di Negeri Sakit itu, sahabat Nabi dibantai; ada ‘Abdullah ibn Az Zubair, dkk. Ada jua ‘Alim murid tersayang Ibn ‘Abbas, Sa’id ibn Jubair.
- Selain 120.000 orang yang dibunuh resmi, saat Al Hajjaj mati, penjaranya di ‘Iraq menyisakan 80.000 wafat tanpa pengadilan.Di Negeri Sakit itu, Makkah dibumihangus, Ka’bah dimeriam batu, jasad putra Asma’ & cucu Abu Bakr disalib, kepalanya dikelilingkan negeri.
- Madinah dikepung 7 hari, tulis Ibn Katsir, lalu dijarah; 7000 asyraf turunan Nabi gugur, perkosaan hasilkan 1000 kehamilan.
- “Allah”, rintih ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, “Al Hajjaj di ‘Iraq, Khalid Al Qashri di Hijjaz, Walid di Syam, Qurrah di Mesir..”
- “..Sepenuh bumi telah rata dikangkangi kezhaliman! Maka selamatkanlah ummat NabiMu ini, Ya Rabbi!”
- “Andai ummat-ummat datang membawa semua durjananya masing-masing, lalu kita datang dengan Al Hajjaj seorang..”, kata ‘Umar,
- “..Seluruh mereka itu dengan kejahatannya dijumlahkan jadi satu, takkan bisa mengalahkan kedurjanaan Al Hajjaj seorang!”
- Tak hendak menambah panjang daftar kejahatan di Negeri Sakit saat itu, mari meloncat pada bagaimana ia melahirkan pahlawan menyejarah.
- Negeri Sakit itu merasakan zaman kian sempit; sampai-sampai pemerintah mewajibkan caci-maki untuk ‘Ali RA sebagai rukun khuthbah Jumat.
- Tetapi darah ‘Umar ibn Al Khaththab yang menyusup ke Bani ‘Umayyah lewat kejujuran gadis penjual susu itu sedang gelisah.
- ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz nan keluarganya tersingkir di Negeri Sakit , dinikahkan dengan putri tersayang pamannya, ‘Abdul Malik ibn Marwan.
- Itu awal ‘Umar berakrab hati & jadi penasehat ipar sekaligus sepupunya; salah satu putra mahkota Negeri Sakit; Sulaiman ibn ‘Abdil Malik
- Tapi nanti akan kita lihat jua peran para ‘ulama Negeri Sakit yang peduli & tak tinggal diam lihat kondisi; pelopornya Raja’ ibn Haiwah.
- Di Negeri Sakit, penguasa yang susah diharap bertahta. Tapi harapan tetap hidup & konspirasi keshalihan berjalan; ulama-usahawan-rakyat.
- Di Negeri Sakit, keadilan sembunyi, penguasa bermewah, ummat terhimpit lahir-batin. Tapi keluhan jarang tersiar, doa terus dipanjatkan.
- Didukung ‘ulama, Raja’ ibn Haiwah dengan penuh integritas menjadi penghubung antara harapan keadilan dengan tahta Negeri Sakit yang abai
- Dekat dengan ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, Sulaiman ibn ‘Abdil Malik memerintah Negeri Sakit dengan sedikit lebih baik dibanding pendahulunya.
- Dia lebih terbuka terhadap masukan. Raja’ ibn Haiwah; tulus hati & tak berminat pd mewah dunia; menjadi penasehat tepercaya Negeri Sakit.
- Integritas Raja’ ibn Haiwah yang meski dekat dengan penguasa tapi tak pernah mengambil manfaat pribadi membuatnya disegani.
- Maka wahai orang-orang shalih Negeri Sakit Indonesia, berperanlah memperbaiki tanpa banyak umpat, dekatilah kekuasaan dengan kezuhudan.
- Seperti Raja’ ibn Haiwah, kita akan menemukan momentum tuk Negeri Sakit itu; satu hari Sulaiman ibn ‘Abdil Malik sekarat setelah makan.
- Tercatat oleh Ibn ‘Abdil Hakam, Sulaiman nan gemuk sekarat setelah menyantap 2 rusa, 40 hati flamingo, 200 butir telur, dll.
- Dalam sekaratnya, Raja’ ibn Haiwah mendampingi. Sulaiman gelisah sebab anak-anaknya masih terlalu kecil untuk gantikannya.
- “Ringankanlah hisabmu di depan Allah”, ujar Raja’ sambil melantun kalimat Thayyibah di sisi Sulaiman, “Angkatlah ‘Umar!”
- “Kalau kuangkat ipar & sepupuku itu”, ujar Sulaiman mendesah, “Adikku Hisyam & lainnya pasti berontak. Kaum muslimin kacau”
- Raja’ mendesah. “Kalau begitu terpaksa, tulislah nama adik-adikmu dalam wasiat resmi setelah nama ‘Umar sebagai pengganti.”
- Tugas Raja’ selanjutnya adl bersiasat agar ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz mau terima jabatan Amirul Mukminin. Cerdik, dia berhasil.
- Di Negeri Sakit yang gelap ini, mari belajar pada Raja’ ibn Haiwah; bahwa kita yang harus hadirkan cahaya dengan konspirasi keshalihan.
- Baik Raja’ ibn Haiwah maupun Abu Yusuf ialah intelektual nan sama-sama hidup di Negeri Sakit, saat kezhaliman membopeng wajah peradaban.
- Konspirasi Keshalihan untuk Negeri Sakit ala Raja’ ibn Haiwah hanya seumur pemerintahan sosok ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz di Daulah ‘Umayyah.
- Sedang Abu Yusuf yang membangun gerakan, meletakkan dasar sistem peradilan bagi Daulah ‘Abbasiyah yg juga terbangun sebagai Negeri Sakit.
Mari
belajar pada mereka untuk menjadi bagian solusi bagi Negeri Sakit
Indonesia.
Mari
mulai ‘Konspirasi Keshalihan’ sebagai bagian dari ‘Kebangkitan
nan Rendah Hati’;)