Refleksi Hari Pahlawan: Maafkan Kami, Selama 67 Tahun Belum Bisa Mewujudkan Harapanmu

Penulis Kaka, AB2 KAMMI Komisariat Yahya 'Ayyasy

Tepat 67 tahun silam di ujung timur pulau Jawa. Surabaya terjadi peristiwa heroik pertempuran antara pejuang kemerdekaan yang berjihad melawan segala bentuk kezholiman yang dilakukan penjajah yang membentuk koalisi bathil Belanda- NICA (Inggris dan sekutu). Padahal ikrar kemerdekaan belum genap 4 bulan berkumandang.
Mujahid yang menjadi corong perlawanan saat itu adalah Bung Tomo, seorang jurnalis muslim, pada Oktober dan November 1945 beliau membangkitkan semangat rakyat Surabaya melalui radio-radio untuk memperjuangkan darah kemerdekaan (baca pidato beliau di buletin ini). Heroisme Bung Tomo tidak bisa dipisah dari pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Atas jasa-jasa perjuangannya, Bung Tomo didaulat sebagai Pahlawan Indonesia pada 10 November 2008.

Demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia para pahlawan bersiap mempertaruhkan nyawa mereka demi harga diri bangsa yang mereka cintai. Perlawanan sengit terhadap penjajah juga didorong perinsip Islam dalam memerangi kezholiman, mereka memakai perinsip-prinsip Islam sebagai semboyan perjuangan mereka. Ini dibuktikan dengan pekikan takbir yang senantiasa dipekikkan ketika musuh menyerang. Teriakan 'Merdeka atau Mati' merupakan bahasa yang mudah dipahami rakyat dalam menginterpretasikan kalimat "'Isy kariiman aw mut syahiidan". Simak pula 'kitab' yang diterbitkan R.A. Kartini berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang yang ternyata merupakan terjemahan dari perkataan al-Quran 'Minazh-zhulumaati ilan-nuur'. Belum lagi dengan gaya berjihadnya Jenderal Soedirman, beliau menjadi seorang pemimpin dan mengomandoi langsung pasukanya meskipun beliau sedang sakit sehingga terpaksa manggunakan tandu. Bagi beliau prinsip Quran 'infiruu khifafan wa tsiqolan' bukan hanya sekadar ayat tanpa aplikasi.

Pangeran Diponegoro, selaku pembesar kerajaan berdarah biru di lingkungan kraton Yogyakarta (Mataram Islam) faham benar hadits rosul 'min a'zhomil-jihaad, kalimatu haqqin 'indal sulthonan jaair', perkataan benar terhadap penguasa zholim. Sehingga beliau langsung mengangkat senjata melawan Belanda yang saat itu justru ada dipihak kesultanan. Sehingga seakan-akan beliau lebih memilih meninggalkan kemewahan seorang pangeran dan ikut berjuang melawan penjajah.

Tumbuhnya organisasi Islam pada masa kemerdekaan seperti Muhammadiyah, PUI, Syarikat Dagang Islam, Nahdlatul 'Ulama', Syarikat Islam, dan organisasi islam lain juga tak lepas dari adanya gerakan kemerdekaan dan perlawanan. Salah satu misi organisasi tersebut adalah ikut aktif memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah. Sehingga tokoh-tokoh Islam saat itu sangat layak menjadi pioner pembangunan bangsa, KH Ahmad Dahlan, Jenderal Soedirman, KH Mas Mansyur, Kyai Modjo, Buya Hamka merupakan tokoh pejuang Islam yang lahir melalui Muhammadiyah, sedangkan KH Wahid Hasyim berhasil mempersatukan para ulama' dalam sebuah konggres yang memprakarsai terciptanya kebangkitan ulama dalam wadah 'Nahdlatul Ulama'. Belum lagi nama KH Samanhudi dengan syarikatnya, atau dari kalangan muslim yang bergerak dalam daerah lokalnya seperti Teuku Umar dan Istrinya dari tanah Serambi Makkah, atau Sultan Agung Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanuddin dari Makassar, atau dari Ambon Kapiten Pattimura (beliau seorang Muslim, dan catatan sejarah bahwa beliau merupakan Kristen dengan nama asli Thommas Matulessy merupakan penyelewengan sejarah).

Perjuangan yang dilakukan mujahid kemerdekaan seperti tokoh-tokoh diatas mengingatkan kita bahwa negara Indonesia ini dibangun dengan tetesan darah para syuhada' kemerdekaan dan perjuangan tanpa kenal lelah. Sebuah kata bijak mengatakan, negara besar adalah negara yang mengenang dan menghargai jasa pahlawannya. Kini telah 67 tahun bangsa ini merdeka. Namun cita-cita kemerdekaan belum sepenuhnya terwujud. Telah 67 kali hari pahlawan kita peringati, namun peringatan itu hanya sebatas di lapangan ketika upacara bendera saja. Diluar itu bangsa ini masih belum besar karena belum bisa menwujudkan cita-cita pahlawan. Pemerintah yang diamanahi sebagai komando yang siap mengarahkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan hakiki ternyata gagal total. Pemerintahan justru menjadi ladang perebutan kekuasaan, pertarungan kepentingan politis, ajang pencitraan dan cari muka serta ajang pengokohan prinsip-prinsip liberalisme dan kapitalisme yang sangat berketerbalikan dengan prinsip kemerdekaan.

Setelah 67 tahun dari kemerdekaan, Indonesia masih disibukkan dengan penghianat bangsanya yang memakan uang korupsi. Penghianat-penghianat itu bersatu dan membentuk komunitas para penyamun di pemerintah sehingga kasus-kasus korupsi besar-besaran seperti Skandal Century, Wisma Atlet, Duel seru KPK-POLRI gagal terungkap. Selain itu masalah kemiskinan juga menjadi masalah menurun. Pemerintah telah berhasil mengurangi jumlah penduduk miskin justeru dengan membiarkan rakyat miskin mati kelaparan sehingga menurut clain pemerintah, jumlah penduduk miskin semakin berkurang. Lalu apa gunanya 'tanah surga' jika tidak mampu menjadikan Indonesia benar-benar menjadi surga bagi penduduknya? Lalu tidakkah selama 67 tahun itu pemerintah tidak belajar atas kegagalannya selama ini? Ataukah justeru rakyat Indonesia yang diharapkan kesholehannya dengan bersabar lagi sampai batas waktu yang tidak ditentukan???


Penjajahan Itu Masih Ada

Dalam Peta Kekayaan Alam Indonesia terdapat 238 Blocks Oil & Gas Indonesia yang dikuasai bangsa Asing. Sementara Indonesia sendiri hanya mendapat 1 Block di Sanga-sanga Kalimantan yang dikelola Pertamina EP unit Pengeboran (Explorasi). Hanya satu.

Indonesia saat ini juga memiliki cadangan sekitar 77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) Gas. Dan sekitar 274 Ton Emas. Tiap-tiap Block Minyak tersebut rata-rata menghasilkan 200.000 - 300.000 Barrel per hari, atau jika dirupiahkan mencapai 5 - 6 Trilyun per bulan. Sehingga Total minimal penghasilan Minyak Indonesia mencapai 5 x 238= 1.190 Trilyun per Bulan. Dan dari Emas bisa didapat 26 Trilyun per hari atau sekitar 690 Trilyun per Bulan. Sementara dari Gas bisa dengan harga US$ 2,88 per mmBtu x 80 milyar kakikubik = 2.073 Trilyun per Bulan. Sehingga total kekayaan alam tersebut per bulan didapat 1.190 + 690 + 2.073 = 3.953 Trilyun per Bulan. Nilai inilah yang dipakai untuk membiayai APBN negara-negara asing yang melakukan Explorasi di Indonesia.

Perhatikan negara Jepang yang tidak memiliki tambang Emas maupun minyak, UMR di jepang adalah 13,5 juta Rupiah. Indonesia???

Mestinya kekayaan negara itu diambil alih oleh negara, seperti yang dilakukan oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez. Jika itu bisa di-Nasionalisasi-kan maka diperkirakan setelah dikurangi APBD & APBN maka Upah Minimum Buruh bisa mencapai 200 juta per orang per bulan (level buruh). Atau jika setengah saja dari itu semua di-Nasionalisasikan-kan maka UMR bisa dicapai 100 juta/orang/bulan. Atau jika Pemerintah keberatan, rakyat pun tak segan memberi discount 50% upah untuk dipotong shg UMR cukup 50 juta/orang/bulan.

Negara Indonesia kaya akan Emas kualitas satu dunia, Minyak, Gas LNG terbesar dunia di Bontang Kalimantan, CPO terbesar, dsb. Bahkan Kalimantan & Sumatra terkenal dengan istilah "atas bawah minyak" artinya atas minyak sawit, bawah minyak bumi. Irian Jaya terkenal sebagai ladangnya emas. Lantas kemanakah larinya kekayaan itu hingga rakyat Indonesia belum mampu hidup sejahtera?

Ternyata penjajahan barat atas Indonesia masih berlangsung, pemerintah dengan mudahnya distir sehingga harus mengikuti kemauan barat. Bahkan eksploitasi barat atas barang tambang milik sah bangsa Indonesia begitu mudahnya disetujui. Exxon Mobile, Freeport, Newmont, Petronas, Chevron dll merupakan kepanjangan tangan barat untuk menjajah secara siriyyah bangsa Indonesia yang telah 67 tahun merdeka.

Momentum hari pahlawan (yaum al-abthol/ yaum asy-syuhada') ini tidak seharusnya dilewatkan tanpa adanya perubahan. Sangat rugi, sebagaimana kata Rosululloh SAW, yang hari selanjutnya lebih buruk dari pada hari sebelumnya. Oleh karena itu, selama masih ada orang Islam pemegang risalah Nabi di bumi syuhada' ini niscaya harapan itu masih ada. Rakyat masih percaya dengan prinsip Islam dalam menghapuskan kemiskinan dengan jalan yang adil. Caranya dengan tetap istiqomah menjadikan Islam sebagai rujukan dalam setiap sistem, baik itu sistem ekonomi, politik maupun sosial. Selain itu KAMMI juga mendorong segenap aparatur pemerintah untuk senantiasa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya, menghapus korupsi sampai keakar-akarnya, mewujudkan sistem politik yang adil, mengelola sumber daya alam Indonesia dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai menghianati perjuangan para syuhada' pendahulu kita.

Karena harapan itu masih ada. [Kaka, KAMMI-YA]