Sepak Bola Nasional dan Politik

Tahun 2013 diisi dengan ketidakberdayaan timnas Indonesia. Gagal mendapat medali emas sea games. Padahal lawan yang dihadapi hanya sekedaar tim tetangga yang notabene luas wilayahnya tidak lebih luas dari Indonesia.

Tim Garuda Keadilan di Githia Cup 2013
Kompetisi dalam negeri juga masih acak-acakan. Bagaimana bisa kompetisi ideal satu wilayah akan diganti kompetisi 2 wilayah yang berarti penurunan kualitas kompetisi itu sendiri. Belum lagi isu suap, politisasi PSSI, ketidakprofesionalan club, anarkisme supporter yang selalu mewarnai jalannya ompetisi 2013 lalu. Lalu bagaimana harapan kita akan kembali bersinarnya sepak bola Indonesia?

Sebagai seorang simpatisan sebuah partai politik saya berharap partai tidak hanya mengambil keuntungan dari gejolak sepakbola nasional. Seperti halnya partai kuning yang turut menjadi 'sponsor' ISL, kemudian perebutan hak siar ISL 2014 antara partai kuning melawan partai baru, kemudian caleg lokal yang ikut mengambil dukungan kepada suporter. WTF. Tidak adakah kontribusi positif dari partai tersebut selain untuk kepentingan suara mereka? 
Saya berharap PK* bisa menjadi solusi permasalahan tersebut. Membuktikan bahwa parpol bisa berkontribusi positif mengembangkan sepak bola nasional. Tak hanya sekedar urusan suara dan pencitraan. PK* dikenal memiliki ribuan kader yang tersebar di 30an provinsi se-Indonesia (DPW) dan ratusan kota/kabupaten. Dari ribuan kader tersebut mayoritas menyukai sepak bola, termasuk juga para petinggi partainya.

Sebelumnya PK* mengirimkan tim Garuda Keadilan (GK) U-16 yang mengikuti turnamen sepakbola usia muda terbesar di dunia, Gothia Cup di Gothenberg Swedia tanggal 14-20 Juli 2013 lalu dan mampu masuk delapan besar dunia.

Mengkonsep pengembangan sepak bola nasional, mungkin PK* bisa membuat kompetisi sendiri antar daerah bertajuk 'Indonesia Cup'. Konsepnya sederhana, setiap DPD (tingkat kota/kabupaten) diharapkan menggulirkan kompetisi sendiri setingkat DPC (kecamatan). Tim terbaik atau pemain pilihan akan mewakili kota/kabupatennya menuju kompetisi tingkat provinsi (misalnya DPD PK* Sleman, Bantul, Kota, KP, GK) yang akan kembali dipertemukan untuk memilih satu tim terbaik. Tim terbaik akan melaju ke tingkat regional (misalnya regional Jawa Bali, atau regional Sumatera bagian utara). Dari tingkat regional diambil 16 tim terbaik yang akan berkompetisi di suatu daerah dengan sistem home tournament yang sistem kompetisinya seperti piala dunia. Sang juara berhak mendapatkan uang pembinaan dan throphy dari presiden partai PK*.

Saya yakin, kompetisi ini akan mampu melahirkan pemain hebat. Mungkin pemain terbaik atau top scorer akaan langsung dipanggil tim nasional. Atau pemain yang lahir dari kompetisi ini akan menjadi tulang punggung di tim-tim ISL.

Dalam awal-awal kompetisi ini berjalan bisa jadi akan dianggap sebagai agenda politis. Namun kita harus bermain cantik, membuktikan pada masyarakat mana yang murni pencitraan mana yang berkontribusi untuk bangsa. Toh, masyarakat kan juga ingin agar partai politik juga terjun langsung ke masyarakat, bukan hanya tampil ketika jelang pemilu.

#Apapun Yang Terjadi Kita Tetap Mengabdi