Selamat Tinggal Ma'had Tercinta


Saya masuk di Ma'had ini sebenarnya telat satu semester dari rencana awal. Dan saya menyesal kehilangan satu semester itu. Dan tak terasa sudah memasuki tahun ketiga saya mengenyam nikmatnya belajar disini. Demi Alloh, saya sangat menikmati setiap saat di ma'had ini. Suasana nyaman plus religius senantiasa saya rasakan.
Baik, saya akan gambarkan tentang suasana belajar disana...

1. Thullabnya 

Mereka sungguh sangat berakhlaq, ramah, santun dan sejuk dipandang. Belum lagi kopetensi keilmuan mereka, banyak dari mereka adalah huffazh, muhasin (guru tahsin), asatidz, dan ahlul 'ilmi yang tentu saja mereka sangat faqih dan khudhu'. Saya yaqin, keilmuan yang mereka miliki tidak membuat mereka makin sombong dengan kapasitas ilmunya. Sangat kontras dengan sebuah lembaga pendidikan tinggi milik pemerintah yang hanya melahirkan rijal-rijal yang memiliki kapasitas ilmu yang luar biasa namun tanpa diiringi khouf (takut) kepada Alloh. Generasi 'Ulama' hancur ditangan mereka, padahal merekalah penyandang gelar sarjana hadits ataupun sarjana pendidikan Islam. Namun? Al-Hamdulilah, saya pribadi pernah berkomitmen bahwa saya tidak akan menyerahkan pengajaran ilmu agama ini kepada mereka. Generasi mutsaqqof fid-din walakin 'adamal khouf lillah. Apa yang salah? Orientasi sama metodenya. Tanyakan pada mereka, apa niatan mereka 'kuliah'. Apakah hanya mengejar syahadah (ijazah) lalu dengan syahadah tersebut mereka mencari kerja? Kesalahan kedua, metode yang dipergunakan. Bagaimana bisa mengajarkan ilmu-ilmu agama tanpa disertai tauhid yang benar. Bagaimana mungkin, orang yang berkata bahwa semua agama benar lantas dijejali pendidikan keislaman sehingga melahirkan 'ilmuwan' 'muslim' perusak generasi muslim. Lalu, mengajarkan agama tampa memperkuat pondasi (ushul) nya bagaikan bangunan tanpa pondasi yang bisa roboh kapan saja. Ya kalau roboh hanya bangunan tersebut. Masalahnya kalau bangunan itu berada di tengah pemukiman. Berapa rumah yang akan ikut terkena dampaknya? ~Allohummahdihim ~

Sekarang tanyakan hal yang sama pada Thullab Ma'had. Apa orientasinya? Syahadah? Justru thullab yang TIDAK mengambil syahadah lebih banyak dari yang mengambil syahadah. Dan lagipula ma'had tercinta ini tidak memberikan gelar seperti S1, D2 ataupun Lc. Orientasi mereka, Alloh, memperdalam bahasa arab dan ilmu keislaman semata-mata untuk Alloh. Tidak percaya? silahkan tanya.

Oh ya, mayoritas dari mereka biasanya sudah aktif di berbagai wajihah da'wah semisal Hima Persis, IMM, KAMMI, Wahdah Islamiyah, Salafy, JT, PKS, HT, Salafy Jihady, FPI dsb. Dan mereka bersama-sama mendalami bahasa arab dan ilmu keislaman. Harmony in Diversity.

2. Asatidzah (Mudarrisin)
Gaya mengajar di ma'had ini membuatku nyaman. Semuanya lulusan jami'ah timur tengah. Semuanya bergelar Lc, 'lisence'. Kapasitas keilmuan mereka tidak bisa diragukan. Ada yang lulusan Ummul Quro Makkah, al-Azhar mesir, Universitas Khortum Sudan atau bahkan Universitas Imam ibn Sa'ud (LIPIA) yang membuka kelas di Indonesia. Mereka mengajar dengan penuh cinta dan keikhlashan. 100% materi yang mereka ajarkan masuk ke hati, lha wong ngajarnya dengan cinta. Wallahu yarhamuhum wayuhassin makanatihim. Ustadz Haris, Ustadz Muttaqin, Ustadz Nashrulloh, Ustadz Nandang Hendra, Ustadz Dahlan, Ustadz Ahmad, Ustadz Jaelani, Ustadz 'Abdul Hakam, Ustadz Rohimi Ghufron, Ustadz Ade, Ustadz Akhyar, Ustadz Risyan, Ustadz Hedi (Ma'mal dan Maktabah). Juga ustadz yang kini tidak lagi di Ma'had, Ustadz Khadik Setiadi, Ustadz Nurrohman, Ustadz Maman Surahman, Ustadz Sandy, ana Musytaq bikum.

3. Metode Belajar

Dan -insya Alloh- metodenya pun mumtaz. Kalau boleh sekedar bercerita, metode yang digunakan seperti metode kita dulu belajar bahasa Indonesia ketika masih kecil, sehingga bahasa yang telah 'nyantol' tidak akan cepat hilang. Apalagi sistem belajarnya yang intensif (5 hari/minggu) dengan menghabiskan waktu belajar selama sekitar 4 jam setiap harinya. Memang sih, kalau sudah level 3 (mustawa tsalits) keatas kita akan merasakan pelajarannya menjadi sangat sulit dan harus banyak menghafal. Tapi metode belajarnya tidak membebani thullab melainkan sesuai kadar kemampuan thullabnya. Belum lagi kewajiban menghafal al-Qurannya (juz 28-30 sampai lulus). Tidak sanggup? Jangan harap dapat nilai pada dirosah al-Quran. Bakalan mahmul (hutang pelajaran) nih. Dan dirosah yang mahmul jika tidak dikerjakan maka ya tidak bisa lulus.

Tapi yang paling seru kalau sedang dirosah di laboraturium bahasa (ma'mal lughowy), kita bisa menonton ratusan channel TV luar negeri berbahasa arab. Atau kalau pas dapat jadwal dirosah di ma'mal sekitar jam 16.00 sore hari jumat maka kita bisa menonton live sholat Jumat dari masjidil Haram. Atau pernahkah antum menonton film Jackie Chan atau Kung Fu Panda berbahasa arab? Kita bisa menontonnya di ma'mal.

4. Gedung

 
Setahu saya kawasan Ma'had ini tidak sampai 100 meter persegi. Gedungnya pun hanya 3 tingkat. Terdiri dari 7 ruang kelas, 1 maktabah, 1 ma'mal, 1 ruang asatidzah, 1 ruang mudir, 1 ruang wakil mudir, 1 masjid, ruang idaroh, ruang security dan bagian umum, 3 ruangan wudhu'. Hanya itu, ataupun bangunannya luar biasa dengan adanya taman hijau yang luas dan asri (ada pohon mangga juga) di halaman depan. Bangunan ma'had ini juga selalu bersih dikarenakan kesadaran thullabnya akan kebersihan. Tidak ada sampah berceceran meskipun aktivitas istirahat makan tetap berlangsung. Selesai makan ya buang sampah di tempatnya. Dan -wallohi- ini kampus paling bersih yang pernah saya kunjungi. Benar-benar 'an-Nazhofatu minal-Iman' diterapkan bengan baik.

Masjidnya -masjid 'Umar- merupakan masjid kecil yang kapasitasnya tidak sampai 50 jamaah. Tapi setiap sholat zhuhur selalu over capasity. Bahkan jika ada jamaah putri (akhowat) yang mau ikut sholat berjamaah maka tidak akan mendaoat tempat. Harus menunggu gelombang 2. Dan kerennya lagi, jamaah sebanyak itu hanya membutuhkan 1 gelombang. Tidak ada jama'ah susulan. Kalau sholat jumat, ta'mir masjid bahkan harus menyediakan tikar tambahan di luar masjid agar jama'ah bisa tertampung. Itu saja kadang masih belum cukup. Tikar-tikar pun dibentangkan sampai depan pintu kelas. (kalau ini saya harus bilang Woow).

Masjidnya juga adem sehingga banyak membuat nyaman belajar disana. Apalagi alas masjid berupa karpet empuk yang bersih. Nyaman juga buat tidur. Kalau hanya masjid DT atau masjid Raya lewat. Bahkan saking nyamannya, saya pernah 'menghabiskan' berlembar-lembar al-Quran untuk ditilawahi gara-gara terbuai dengan nyamannya masjid 'Umar. Walaupun sebenarnya saya sampai sekarang masih belum tahu mengapa dinamai masjid 'Umar. Mungkin karena alasan itulah, akhirnya saya mengambil tugas akhir dengan tema Kholifah 'Umar.

5. Yayasan

Dikelola oleh Yayasan AMCF (Asia Muslim Charity Foundation) yang berpusat di Dubai UEA. Didanai oleh muhsin (dermawan) asal Dubai Syaikh Thoyyib al-Khuri, seorang pengusaha kaya raya pemilik beberapa hotel bintang 5 di Dubai ini telah mendanai 100% lembaga AMCF yang telah memiliki puluhan ma'had Lughoh dan QMS (Quran Memoration School) di berbagai daerah di Indonesia. Jazakalloh syaikh. Terbukti, kekayaan tidak dekat kepada kesombongan dan kekufuran kan? Ketika beliau sempat berkunjung untuk melihat keadaan ma'had yang didirikannya, saya melihat wajah penuh cahaya pada diri beliau. Beliau bukan ustadz, bukan pula guru ngaji, tetapi beliualah sang mencetak guru-ngaji-guru ngaji di seluruh Indonesia.

Masih tentang yayasan AMCF, sudah berapa ratus alumninya yang dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan dirosahnya, baik itu di Mesir, Saudi, Sudan, Yordania, UEA, Yaman dll. Link beasiswa ke Luar Negeri selalu up date diberikan. Bahkan kadang keberangkatannya pun dijamin oleh pihak AMCF. Pokoknya Mumtaz Jiddan.

Itulah sepenggal kisah tentang Ma'hadku tercinta, kini, usai sudah kebersamaanku denganmu. Sekarang saatnya ku meninggalkanmu dengan segenggam rindu. Rindu belajar disana lagi. Rindu diajar oleh ustadz yang sholih, rindu dimarahin ustadz karena tidak hafal surat pilihan, rindu untuk kembali membaca kitab muqorror, rindu menantikan giliran membaca nash ataupun menjawab soal, rindu untuk bertanya tentang permasalahan keislaman, rindu untuk belajar memahami dars balaghoh dan adab yang memusingkan, rindu untuk berdiskusi tentang masalah keummatan dengan bahasa arab, rindu meng-i'rob kalimat, rindu untuk berimtihan ria lagi.

Kini, berakhir sudah. Syahadah sudah tercetak, tugas akhirpun sudah diterima oleh musyrif saya. Tinggal kenangan indah yang masih terngiang dibenak ini. Kenangan indah bersamamu, ma'had tercintaku. Kau selalu dihati.

(ini foto terakhir seusai imtihan niha-iy di mustawa 4)

Silahkan yang ingin mengunduh materi 'TUGAS AKHIR SAYA' tentang Kepemimpinan Kholifah 'Umar bin al-Khoththob disini: